JAKARTA – Produsen kendaraan listrik (EV) China kini memperluas lingkungan ekonomi merekan ke kawasan Asia Tenggara pasca bursa di negara-negara Barat seperti Eropa dan juga Amerika Serikat memberlakukan tarif lebih tinggi terhadap mereka.
Produsen kendaraan listrik China saat ini siap melakukan penetrasi lebih banyak berjauhan ke Asia Tenggara, yang tersebut nilai bursa mobilnya mendekati USD100 miliar.
Sebagian besar pengemudi dalam Asia Tenggara mempunyai anggaran yang digunakan lebih banyak rendah juga upaya menyita perhatian merekan pasti akan membuat konflik biaya ke kalangan produsen mobil, kata para analis otomotif.
Pada bulan Mei, Amerika Serikat mengenakan tarif 100 persen pada kendaraan listrik yang digunakan diimpor dari China, pemimpin planet pada produksi lalu transaksi jual beli kendaraan listrik.
Produsen kendaraan listrik China adalah perusahaan daratan terbaru yang mana memiliki akses terbatas ke pangsa konsumen terbesar pada dunia pada sedang meluasnya pertempuran dagang AS-China yang mana sudah melibatkan bidang mulai dari teknologi hingga panel surya.
Uni Eropa mengikutinya dengan mengenakan tarif hingga 38 persen mulai tanggal 4 Juli pada tiga produsen kendaraan listrik Tiongkok: SAIC, Geely, serta BYD.
Keputusan yang disebutkan diambil pasca penyelidikan anti-persaingan menemukan bahwa produsen mobil yang disebutkan mendapat keuntungan dari “subsidi yang digunakan tidak ada adil” dari Beijing.
Hal ini mengancam akan melemah sektor manufaktur kendaraan listrik ke Eropa, di mana tarif kendaraan termurah buatan lokal sanggup tiga kali lipat biaya model China.
Menghadapi semakin sempitnya kesempatan ke lingkungan ekonomi Barat, para produsen mobil China mengincar prospek peningkatan jangka panjang yang menjanjikan pada Asia Tenggara.
Artikel ini disadur dari Ditolak AS dan Eropa, Mobil Listrik China Berharap Banyak dengan Asia Tenggara