Pemain sepak bola, 18, meninggal secara tragis setelah ditembak dua kali di kepala setelah pertengkaran di pertandingan softball

SEORANG pemain bisbol MUDA ditembak secara brutal di kepala setelah terjadi perkelahian di tengah-tengah pertandingan softball.

Giancarlos Giameli García del Cid pergi ke pertandingan lingkungan sebagai penonton.

Seorang pemain sepak bola berusia 18 tahun tewas setelah ditembak dua kali di kepala

2

Seorang pemain sepak bola berusia 18 tahun tewas setelah ditembak dua kali di kepalaKredit: Jam Tekan
Giancarlos Giameli García del sedang menghadiri pertandingan softball ketika hal ini terjadi

2

Giancarlos Giameli García del sedang menghadiri pertandingan softball ketika hal ini terjadiKredit: Jam Tekan

Kegaduhan itu bermula saat pertengahan pertandingan di María Chiquita, Panama, pada Minggu, 9 Juni.

Keadaan menjadi lebih buruk ketika, menurut para saksi, salah satu pejuang mengeluarkan pistol dan mulai menembak.

Giancarlos, 18, ditembak dua kali di kepala dan meninggal karena luka-lukanya.

Lima pria lainnya, berusia antara 22 dan 39 tahun, terluka oleh senjata tersebut.

Ia dilarikan ke rumah sakit di Sabanitas untuk mendapat perawatan.

Keluarga Giancarlos mengatakan tidak ada cukup ambulans untuk membawa pesepakbola tersebut.

Ketika polisi tiba di lokasi kejadian, mereka menemukan beberapa orang terluka dan beberapa lainnya ketakutan.

Setelah menemukan lokasinya, mereka menangkap dua tersangka, seperti dilansir NeedToKnow.

Jaksa telah didakwa dengan pembunuhan tingkat pertama dan percobaan pembunuhan.

Seorang pria berusia 21 tahun telah ditangkap.

Delapan pemain yang belum pernah meraih Ballon d'Or meski tampil terbaik

Giancarlos bermain sebagai bek sayap untuk tim Unido Arab yang bergerak cepat di Colón.

Dia melakukan debutnya beberapa bulan yang lalu.

Ia juga pernah menjadi bagian dari tim Panama U-17 yang bermain di Piala Dunia U-17 2023 di Indonesia.

Klubnya, Federasi Sepak Bola Panama, dan Liga Sepak Bola Panama sama-sama menyampaikan pesan belasungkawa di media sosial.

Árabe Unido menulis: “Pada usia 18 tahun, ia menjadi terkenal tidak hanya karena keterampilannya di lapangan tetapi juga karena sikapnya dan rasa hormatnya terhadap rekan satu tim dan pelatihnya.

“Kami mengucapkan selamat tinggal pada kehadirannya, namun semangat dan keberaniannya akan selalu bersama kami.”